Friday, January 4, 2013

kumpulan puisi


        Bimbang
Gundah dan bimbang yang kurasakan
perasaan apakah ini?
tak menentu kadang
dan kadang juga pergi
tanpa pamitan
sudah ku lupakan semua
tapi kasih juga tersisa iba
entah dari mana datangnya
dia selalu memikat jiwa
dan selalu menemani kita
seakan sulit menghilang
bagaikan sebuah hiasan berperekat
serta selalu memikat
setiap hati yang tersesat
tapi….
mengapa hanya sesaat
bukankah dia tak diinginkan
dan bukankah dia bukan idaman
hanya kejelekan yang dimunculkan
dan kebencian yang dinampakkan
serta hanya lidah yang berperang
aku bosan dan tak percaya
haruskah aku perjuangkan
semua dugaan
ataukah kubiarkan tanpa beban
ataukah hanya kujadikan tambatan
hanya rasa penyesalan…yang ku berikan



       Selamat Ultah Suamiku

Rentang waktu?
Terkadang membuat kita lupa bahwa kita semakin dewasa
Rentang waktu?
Terkadang membuat kita lupa bahwa kita telah melanggar titah Sang Kuasa
Rentang waktu?
Terkadang membuat kita sadar bahwa kita hanya
Manusia yang tidak punya apa-apa
Selain jasad yang tak berguna
Rentang waktu?
Terkadang membuat kita sadar bahwa Tuhan tidak
Melihat harta dan rupa
Melainkan hati yang ada di dalam dada dan amal jasad
Yang lata
Walau Einstein berkata bahwa rentang waktu itu berbeda
Tergantung dalam keadaan apa kita berada
Namun Tuhan telah berkata,
          Hanya Akulah yang tahu umur manusia?
         
            Andai Kau Tahu

Saat ku terdiam dan sendiri
Pandangan kosong tanpa arti
Terbayang wajhmu dihati
Di relung jiwa yang hampir mati
Mawar yang kau berikan waktu itu
Kini harumnya tak seperti dulu
Bahkan kelopaknya pun sudah layu
Hanya durinya yang masih tajam melukai hatiku
Andai kau tahu
Hatiku hancur olehmu
Menunggumu di depan pintu hatiku
Berharap kau akan kembali padaku
Menghampiriku dengan senyum dibibirmu
Dan berkata?
Aku kembali untukmu

         Penantian

Sudah tiba saatnya membuka lembaran langit
Membaca halaman berlipat
Selaksa rindu, engkau menari bersama hujan
Bidadariku untuk meniti waktu mencari nada sehati
Bidadariku berlari meniti angin yang menghantar
Taufan ditarik kenyataan
Memintaku untuk meniti waktu mencari nada sehati
Tuhan anugerahkanlah cintu itu
Agar aku bisa dekat dengannya
Tuhan anugerahkanlah rasa itu
Agar dapat menyatukan jiwa
Jangan biarkan perasaanku gundah
Jangan biarkan penantianku sia-sia
Oh?
Tuhan
Apa yang dapat ku perbuat
Aku seperti hilang
Bagaikan ditelan bumi
Detik, menit dan jam
Berlalu dengan sekedip mata
Apa yang ada hanya penantian
Yang kan selalu terhalang?
  
         Aku Rindu

Pada seorang yang tak pernah kukenal
Yang hanya pernah kulihat pada lukisan awan
Kudengar dari berita yang dibawa angin, dari seberang samudera
Kusentuh ia seperti menyentuh air
Tak bisa kumiliki
Aku merindukanmu…
Asa terakhir menjadi pena dan pena menjelma dalam tinta, menyisakan jejak-jejak rasa dalam hati
Ku menerawang jauh ke seberang lautan, tempat yang mungkin tak dapat kulihat tapi getar hatiku dapat
Merasakan getar lain dari sana, resonasi sepi dalam dua jiwa
Aku tersenyum, untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir
Sekejap segalanya menjadi lebih baik,
Ada kehangatan yang menyebar di hati

  Untuk Kamu

Rindu itu selalu tumbuh menjalari seluruh tubuh
Bagai air yang selalu mengalir
Hanya ia yang mengerti
Lalu…
Biarkanlah angin menyapu pasir
Membawanya terbang bertemu awan
Bersimpuh, menanti kening langit tak berkerut lagi…
Lalu ia kehilangan cahaya surya,
Berganti kelabu beku
Sampai kau menangis
Berteriak dan menghasilkan petir…
Dan…
Ketika tangis terasa tak berarti,
Ia datang menghadiahkan mu…
Sebuah pelangi

  Sepi Bukan Untukku

Sahabat…
Tidakkah kau tahu…
Perasaan ini begitu menyiksakan..
Bertemankan sepi dan hening malam
Berjauhan denganmu bukan kehendakku..
Tidakkah kau tahu,,,
Teriakku memanggilmu,,
Kesepian ini membuat aku pilu
Betapa akuk merinduimu
Ingin mendengar suaramu walau sekejap..
Cuma cukup mengobati laraku
Saat terbenam matahari
Hingga terbit fajar
Perasaan ku tidak puas
Mimpi indahku tak datang
Resah dan gelisah membalut hiba
Aku tak dapat tidur
Seperti mereka yang kedamaian
Sepi itu indah…Tapi bukan untukku
Karena senyap sunyi itulah
Telah membunuhku…Telah membunuhku
Telah membunuhku
Kini sepi tak lagi untukku
Karena memang sepi bukan untukku
Fajar merekah
Beri kilau kedamaian jiwa
Terulur tangan nan mekar
Menuntun dalam  bimbang…Tuk keluar dari sepiku
Karena memang sepi bukan untukku..
 Ramadhan

Ya Allah..
Dalam dekapan Ramadhan suci ini
Berilah hambamu ini kesadaran
Betapa bulan ini adalah gudang
Yang menyimpan stok rahmat
Dalam sepuluh ruang tamunya
Berikan pada hamba
Makna luas maghfirahMu
Yang tersembunyi dalam sepuluh ruang
Tancapkan keyakinan pada diri hamba tentang janjiMu
Yang terlukis dalam sepuluh ruang tidur bulanMu
Menggambarkan kebebasan dari api abadiMu
Ya Allah..
Hamba ingin menjadi penebar ayat-ayatMu
Merangkul tiang-tiang rumahMu
merayuMu tiap malam
mengingatMu dalam dua puluh gerak istirahatku
menjengukMu dalam detik-detik sahurku
menemani mata hati mengelilingi hari-hariMu
ya Allah..
hamba bersimpuh dalam belai kuasaMu
mengakui kelelmahan dan kesalahan nafsi
membeber aib sendiri
membuka rahasia pribadi
kepadaMu
mengorek dosa-dosa satu persatu
berharap siraman deras ampunanMu
ya  Allah…sedikit sekali yang kuminta
dalam luas kuasaMu yang terbuka..
        Di Hari Lebaran

Mengemis kemurahan Tuhan
Agar kita dikaruniai cinta sejati
Bukan cinta basa-basi
Hanya dimulut dan dalam hati
Tanpa bukti berbakti pada Ilahi

Perjalanan panjang
Di Bulan Ramadhan
Tempat cinta dibuktikan
Dengan amal perbuatan
Semoga membuat kita
Berhak menjadi kekasih Tuhan
Lebaran kita berjabat tangan
Untuk saling memaafkan
Segala salah dan kekhilafan
Semoga segala amal perbuatan
Selama bulan Ramadhan
Dicatat sebagai pemberat timbangan
Amal kebaikan untuk hari kemudian

Idul Fitri kita saling memaafkan
Segala kesalahan mohon dihapuskan
Kita jalani hari baru tempuh masa depan
Dengan hati murni setelah puasa sebulan
Bolehlah kita mengaku pecinta Tuhan
Asal terbukti dalam amal perbuatan
Bukan sekedar di lisan dan alam pikiran
Selamat hari lebaran
Maafkan lahir dan bathin
     Izinkan Hamba Berubah

Ya Allah…
Ampuni hambaMu yang tak berdaya ini
Yang selalu turuti hawa nafsu
Ada sedikit pengetahuan tertanam, memang
Tapi segunung ajakan kiri selalu menghantu

Ya Allah…
Hamba ingin jadi hambaMu sejati
Tapi mengapa…?
Mengapa ruh kekuatan belum juga tiba
Mengapa diri ini masih yang dulu
Yang tak berkembang…yang tak beranjak
Yang tak melaju menjemput masa depan
Mengapa diri ini masih berdiam diri
Takluk dalam genggam birahi…?
Ya Allah …
Sirami kepadanya cahaya kekuatanMu
Untuk mengusir bisikan-bisikan palsu
Menepis pikiran-pikran tanpa etika
Biarkan ia menjadi lebih baik
Biarkan ia berbenah diri
Berikan padanya kesadaran, sebenar-benarnya
Kesadaran
Ya Allah…Hanya ridhoMu yang abadi
Abadi dan sejati
Ya…Allah..Saksikan dan dukunglah
Niat hamba yang tak berdaya ini
Untuk berubah dan memperbaiki diri
MaafMu terbuka tiap waktu
      Mencari Sorga

Hikayat ini bermula
Ketika seorang hamba lama tenggelam
Dalam keruhnya air tuba
Dengan mata terbuka
Berharap ada permata mengalir bersamanya
Naif dan ironis?

Dalam sadar ia berkata
Akulah muslim
Aku beriman pada Tuhan
Yang mengatur gerak langit bumi
Dalam sadar!

Langit menyeringai dan bumi mencibir!
Dalam sadar pula ia berkata
Kesenangan adalah kehidupan
Aku percaya pada dunia
Aku meyakini kebebasan nafsu
Akulah sang raja
Dalam sadar!

Dunia terbahak dan nafsu terpingkal
Dalam sadar!
Sang hamba nekat
Melompat secepat kilat
Merebut kabar kesenangan
Mencuri sorga
Berlari dan berakhir dilorong neraka
Tanpa sadar…..Sorgapun menghilang
     Harapan

Ketika semua gelap
Segala upaya telah dilakukan
Otak lelah diperas habis-habisan
Kerja keras hingga kaki terasa menjadi tangan
Dan tangan terasa menjadi kaki
Tapi hasil tak kunjung bersemi
Secercah harap tak juga mengunjungi
Semua terasa sia-sia
Dan kehancuran terasa di depan mata
Diditulah iman kita dicoba
Tidak akan berputus asa
Atas rahmat Allah yang maha kuasa
Kecuali orang-orang yang imannya sirna
Terguh berharap rahmat Allah yang esa
      Bagi orang yang imannya tertancap kuat di dada.
      
      Ibu
Ibu…
Disetiap garis kerut wajahmu
Tersimpan berjuta deritamu
Kau tetap ukir senyummu
Sembunyikan segalanya
Ibu…
Kau abaikan bahagiamu
Kau pertaruhkan nyawamu
Demi buah hatimu
Seluas samudra
Setinggi langit di angkasa
Tak kan mampu menebus deritamu
Ibu…
Ku tahu batinmu menangis
Akan tingkah polah
Keegoisan anakmu
Kau hanya mengelus dada
Kau tetap tersenyum bersahaja
Terima kasih bunda
Tanpamu semua tiada arti
      
      Ilmu

Ilmu…
Dimanakah kau berada
Aku selalu mencarimu
Berkorban apa saja aku rela
Demi tercapainya cita-citaku

 Tiap hari aku pergi
Meninggalkan anak dan suami
Setelah sore aku kembali
Semua ini hanya engkau yang kucari
Untuk kemudian kumiliki

Ilmu…
Tiap orang mencarimu
Menuntut dan mengejarmu
 Kemanapun kau bersembunyi
Ke negeri Cinapun kan kucari

 Dosenku

Dosenku…
Betapa besar jasamu
Memberi kami semua ilmu
Bertahun-tahun engkau mengajar
Agar kami menjadi mahasiswa yang pintar

Engkau selalu berusaha
Agar semua tak sia-sia
Demi kemajuan mahasiswamu
Engkau pahlawan bagi kami semua
Yang tak pernah putus asa

Semua bangga padamu
Wahai dosenku
Terima kasih atas segala jasamu

 Perjalanan masih panjang…kawan

Kawan..
Jangan tunda lagi waktu yang ada
Yang ada saja masih banyak tersisa
Pergi dan jejakkan perlahan ke depan
Jangan pernah menoleh ke belakang
Karena itu tak berguna

Pergilah kawan…
Jangan…jangan tunggu aku…pergilah…
Aku akan menyusul dan masih bermain
Dengan sang kesempatan…karena ialah
Yang mempertemukan dan memisahkanku nanti…

Ku hanya mencoba menerka garis-garis jalan
Dan kelokan yang terbentang di depan itu
Sampai dimana dia mengukir ujung perjalanan
Yang masih cukup panjang ini

 Anakku

Anakku.............
Laksana fajar di pagi hari
Kau hadir membawa keriangan
Tak terbayang sebelumnya
Kini kau memang ada

Anakku.............
Satu dasawarsa kau kurindukan
Sembari berdoa pada yang kuasa
Tak pernah lelah bunda berharap
Meski resah selalu mendera

Anakku............
Kini hadirmu
Menambah ceria dihati bunda
Tawa candamu selalu ku rindu
Menambah bahagia semua keluarga

 Rasulullah…

Rasulullah…
Di tanah suci kota Makkah
Tempat berdiri megahnya Ka’bah
Kau lahir dari rahim bunda Aminah
Disaksikan ribuan pasukan gajah
Walau tanpa belai kasih sayang seorang ayah

Engkaulah Muhammad…
Yang memberi syafaat di hari kiamat
Perjuanganmu melawan orang-orang murtad
Dengan menggenggam erat panji-panji jihad

Engkaulah Nabi akhir zaman
Ku ingin bersamamu saat hari kemudian
Hari pembalasan yang telah Allah janjikan
Pada semua makhluk yang dia ciptakan

 Tak sanggup lagi
 Setelah sekian lama baru ku menyadari
Mengapa ku selalu menahan rasa sakitku
Ingin ku hapus saja semua dendam ini
Tapi rasa tak mungkin lagi

Biarkan aku pergi karena aku tak sanggup lagi
Mengingat semua kenangan dulu
 di saat engkau menyakitiku
Mengapa semua terjadi di saat kau mulai menyadari
Semua kesalahanmu padaku
Tapi ku tak sanggup lagi

Ku akui sekarang engkau mulai berubah
Namun rasa sakitku
Terlalu dalam tuk terobati
Ingin ku hapus saja
Semua dendam ini
Tapi rasa tak mungkin lagi.

 Berteman gelap dan sepi
 Lelah kurasakan
Semua sikapmu kepadaku
Manisnya senyummu
Tak semanis sikapmu
Ku tertipu

Kau biarkan ku sendiri
Merenungi sedih ini
Berteman gelap dan sepi
Ku inginkan kau yang dulu
Betapa angkuhnya hatimu
Tapi kini kau telah pergi

Satu persatu kuingat
Semua masa indahku  bersamamu
Perlahan semua menghilang
Ditepis kejam sikapmu
Kepadaku…

Panggilanmu
Panggilan sucimu Tuhan
Mengecilkan jiwaku nan ringkih
Gema AdzanMu
Ketika langkahku menggapai serambi masjidMu
Menggeparkan sayap-sayap kecongkakan
Kesombongan yang kian memerah
Disetiap baris waktuku
Tuhan….
Dimerdunya aku tergugu
Jatuh dipusat keagunganMu
Meski menangis aku tidak kecewa
Saat diamMu mencekam rasaku
Saat sapaMu sepi kamara munajatku
Bagiku kau adalah seluruh
Segenap mimpi indahku !