A. Kata Benda atau Nomina
Kata benda
adalah nama dari semua benda dan segala yang dibendakan.
Kata benda
menurut wujudnya, dibagi atas :
1. Kata benda konkret
Kata benda
konkret adalah nama dari benda-benda yang dapat ditangkap panca indera, dibagi
alas:
a. Nama diri
b. Nama zat dan lain
sebagainya.
2. Kata benda abstrak
Kata benda
abstrak adalah nama-nama benda yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera.
Untuk
menentukan apakah suatu kata masuk dalam kategori kata benda atau tidak, kita
menggunakan dua prosedur:
1. Melihat dari segi
bentuk sebagai prosedur pencalonan
2. Melihat dari segi
kelompok kata ( frasa), sebagai prosedur penentuan
a) BENTUK
Segala kata
yang mengandung morfem terikat ( imbuhan ) : ke-an, pe-an, ke-, dicalonkan
sebagai kata benda.
Contoh: perumahan,
kecantikan, pelari, kehendak dan lain-lain.
Tetapi di
samping itu ada sejumlah besar kata yang tidak dapat ditentukan masuk kata
benda berdasarkan bentuknya, walaupun diketahui bahwa itu adalah kata benda.
Contoh: meja,
kursi, pohon, dan lain-lain
b) KELOMPOK KATA
Kedua macam
kata benda itu (baik yang berimbuhan maupun yang tidak berimbuhan) dapat
mengandung suatu ciri struktural yang sama yaitu dapat diperluas dengan yang
+ Kata Sifat
Contoh:
perumahan yang baru
pelari yang cepat
kehendak yang baik
meja yang bagus
pohon yang tua
c) TRANSPOSISI
Suatu kata yang asalnya dari suatu jenis kata, dapat dipindahkan jenisnya ke
jenis lain. Pemindahan itu terjadi karena menambahkan imbuhan atau partikel.
Kata ajar, sebenarnya kata kerja, jika ditambahkan afiks pe-, maka dapat
ditransposisikan menjadi kata benda: pelajar.
Sebaliknya ada kata benda yang dapat ditransposisikan menjadi kata kerja,
misalnya kopi menjadi mengopi.
d) SUB-GOLONGAN KATA BENDA
Karena kata ganti adalah kata yang menduduki tempat kata benda dalam
hubungannya atau posisi tertentu, serta strukturnya sama dengan kata benda,
maka kata ganti dimasukan dalam jenis kata benda dan diperlakukan sebagai
sub-golongan dari kata benda.
Melalui substitusi, kata ganti menduduki segala macam fungsi yang dapat
diduduki oleh kata benda.
Contoh: Fitra
pergi ke kampus
Ia pergi ke kampus
Dosen mengajar Fitra
Dosen mengajarnya
B.
Kata Kerja atau Verba
Kata kerja adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau perilaku.
Berdasarkan
pelengkapnya, kata kerja terbagi atas :
1.
Kata kerja transitif: kata kerja yang menghendaki adanya suatu pelengkap.
Contoh: memukul,
menangkap, melihat dan sebagainya
2.
Kata kerja intransitif: kata kerja yang tidak memerlukan pelengkap.
Contoh: menangis,
meninggal, berjalan dan sebagainya
Untuk menentukan apakah suatu kata masuk kata
benda atau tidak, dengan cara mengikuti kedua prosedur di atas.
a)
BENTUK
Segala kata
yang berimbuhan: me-, ber-, -kan, di-, -i dapat dicalonkan menjadi kata
kerja.
b)
KELOMPOK KATA
Segala macam
kata tersebut di atas dalam segi kelompok kata mempunyai kesamaan struktur
yaitu dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + Kata Sifat.
Contoh:
Ia berbicara
dengan keras
Anak itu
menari dengan gemulai
c)
TRANSPOSISI
Kata kerja
dapat dipindah jenisnya ke jenis kata lain dengan pertolongan morfem terikat,
misalnya menari menjadi penari, tarian; membaca menjadi pembaca,
bacaan, dan lain-lain. Begitu pula sebaliknya, kata benda atau kata sifat
dapat ditransposisikan menjadi kata kerja, misalnya pendek menjadi memendekkan,
turun menjadi menurunkan dan sebagainya.
C. Kata Sifat atau Adjektifa
Menurut Aristoteles, kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal
keadaan sari sesuatu benda, misal tinggi, rendah, lama, baru dan
sebagainya.
Untuk menentukan apakah suatu kata masuk kata benda atau tidak, dengan cara
mengikuti kedua prosedur di atas.
a) BENTUK
Dari segi bentuk segala kata sifat dalam bahasa Indonesia bisa mengambil
bentuk: se + reduplikasi kata dasar + nya
Contoh:
se-tinggi-tinggi-nya
se-cepat-cepat-nya
se-baik-baik-nya
b)
KELOMPOK KATA
Dari segi
kelompok kata, kata-kata sifat dapat diterangkan olek kata-kata: paling,
lebih, sekali.
Contoh: paling
besar, lebih besar, besar sekali
paling cepat, lebih cepat, cepat sekali
paling baik, lebih baik, baik sekali
c)
TRANSPOSISI
Semua kata yang tergolong kata sifat dapat berpindah jenis kata dengan bantuan
morfem-morfem terikat: pe-, ke-an, me-, -kan dan sebagainya.
Contoh: pembesar,
membesarkan, perbesar, pembesaran, kebesaran dan lain-lain
d)
SUB-GOLONGAN
Kata-kata bilangan berdasarkan sifatnya dapat
digolongkan dalam kata sifat sebagai sub-golongan karena merupakan kelompok
dengan ciri-ciri tersendiri tapi karena secara substitusional dapat menduduki
tugas-tugas dari kata sifat.
D.
Kata Ganti atau Pronomina
Yang
termasuk jenis kata ini adalah segala kata yang dipakai untuk menggantikan kata
benda atau yang dibendakan.
Kata ganti
menurut sifat dan fungsinya dapat dibedakan atas:
1.
Kata Ganti Orang (Pronomina Personalia)
a.
Orang I
1)
Tunggal : aku
untuk
menyatakan kerendahan diri: hamba, sahaya, patik, abdi
untuk
mengungkapkan sesuatu suasana yang agung: kami (pluralis majestatis)
2) Jamak : kami, kita
b. Orang II
1) Tunggal : engkau,
kamu
paduka,
tuan, Yang Mulia, saudara, ibu, bapak dan lain-lain
2) Jamak : kamu
c. Orang III
1) Tunggal : dia,
beliau
Untuk orang
yang sudah meninggal: mendiang, almarhum atau almarhumah
2) Jamak : mereka
2.
Kata Ganti Empunya (Pronomina Possessiva)
Adalah
segala kata yang menggantikan kata ganti orang dalam kedudukan sebagai pemilik:
-ku, -mu, -nya, kami, kamu, mereka.
Dalam
fungsinya sebagai pemilik, kata-kata ini mengambil bentuk ringkas dan
dirangkaikan saja di belakang kata yang diterangkan (disebut sebagai bentuk enklitis).
Contoh:
pensilku = pensil aku
pensilmu =
pensil kamu
apabila
bentuk ringkas itu dirangkaikan di depan sebuah kata, disebut proklitis.
Contoh: kupinjam,
kaupinjam
3.
Kata Ganti Penunjuk (Pronomina Demonstrativa)
Adalah kata
yang menunjuk di mana terdapat sesuatu benda. Ada tiga macam kata ganti
penunjuk:
a.
Menunjuk sesuatu di tempat pembicara
: ini
b.
Menunjuk sesuatu di tempat lawan
bicara : itu
c.
Menunjuk sesuatu di tempat orang
ketiga :
di sana
4.
Kata Ganti Penghubung (Pronomina Relativa)
Adalah kata
yang menghubungkan anak kalimat dengan suatu kata benda yang terdapat dalam
induk kalimat. Jadi fungsi kata penghubung adalah:
a.
Menggantikan kata benda yang terdapat dalam induk kalimat
b.
Menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat.
5.
Kata Ganti Penanya (Pronomina Innterrogativa)
Adalah kata
yang menanyakan tentang benda, orang atau suatu keadaan. Kata ganti penanya
dalam bahasa Indonesia yaitu:
a.
Apa : untuk menanyakan benda
b.
Siapa : (si + apa) untuk menanyakan orang
c.
Mana : untuk menanyakan pilihan seseorang
atau beberapa hal barang.
Kata ganti
penanya tersebut dapat dipakai lagi dengan bermacam-macam penggabungan dengan
kata depan
Contoh:
dengan
apa
dengan siapa
dari mana
untuk
apa
untuk
siapa
ke mana
buat
apa
kepada
siapa
dan lain-lain
Selain dari
kata-kata itu ada pula kata ganti penanya yang lain yang bukan menanyakan orang
atau benda tetapi menanyakan keadaan, perihal dan sebagainya:
mengapa
bilamana
betapa
berapa
kenapa
bagaimana
6.
Kata Ganti Tak Tentu (Pronomina Indeterminativa)
Adalah kata
yang menggantikan atau menunjukkan benda atau orang dalam keadaan yang tidak
tentu atau umum.
Contoh:
masing-masing
siapa-siapa
seseorang
sesuatu
barang
para
salah (salah
satu…)
E. Kata Keterangan atau Adverbia
Kata keterangan oleh tata bahasa tradisional ditempatkan sebagai satu jenis
kata.kekurangan atau kelemahan dari dasar-dasar yang digunakan untuk menentukan
jenis kata. Kata keterangan tidak lain adalah suatu kata atau kelompok kata
yang menduduki suatu fungsi tertentu, yaitu fungsi untuk menerangkan kata
kerja, kata sifat, kata keterangan yang masing-masingnya menduduki pula suatu
jabatan atau fungsi dalam kalimat.
Tata bahasa tradisional, akan
tampak bahwa dalam beberapa hal akan timbul kekacauan atau kekaburan, sebab ada
kata yang sudah kita golongkan sebagai kata keterangan nanti akan
dimasukkan lagi dalam kata depan, atau bagian dari kata keterangan itu
sebenarnya adalah kata sifat dan sebagainya.kata keterangan secara tradisonal
dapat dibagi-bagi lagi atas beberapa macam berdasarkan artinya atau lebih baik
berdasarkan fungsinya dalam kalimat.
1.
KATA KETERANGAN KUALITATIF
Adalah kata keterangan yang menerangkan atau
menjelaskan suasana atau situasi dari suatu perbuatan.
Biasanya kata keterangan ini dinyatakan dengan
mempergunakan kata depan dengan + kata sifat.jadi sudah tampak di sini
bahwa kata keterangan itu bukan merupakan suatu jenis kata tetapi adalah suatu
fungsi atau jabatan dari suatu kata atau kelompok kata dalam sebuah kalimat.
Contoh: ia berjalan perlahan-lahan
Ia menyanyi dengan nyaring
2.
KATA KETERANGAN WAKTU
Adalah kata
keterangan yang menunjukkan atau menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa
dalam suatu biadang waktu:sekarang,nanti,kemarin,kemudian, sesudah itu,
lusa, sebelum, minggu depan, bulan depan, dan lain-lain.
Kata-kata
seperti :
Sudah,
setelah, sekarang, nanti, kemarin, kemudian, minggu depan dan lain-lain
3.
KATA KETERANGAN TEMPAT
Segala macam
kata ini memberi penjelasan atas berlangsungnya suatu peristiwa atau perbuatan
dalam suatu ruang, seperti:di sini, di situ, di sana, ke mari,ke sana,
di rumah, di bandung, dari Jakarta dan sebagainya.
Dari
contoh-contoh di atas yang secara konvensional dianggap kata keterangan tempat,
jelas tampak bahwa golongan kata ini pun bukan suatu jenis kata, tetapi
merupakan suatu kelompok kata yang menduduki suatu fungsi tertentu dalam
kalimat. Keterangan tempat yang
dimaksudkan dalam tata bahasa-tata bahasa lama terdiri dari dua bagian yaitu
kata depan (di, ke, dalam ) dan kata benda atau kata ganti petunjuk.
4.
KATA KETERANGAN KECARAAN
Adalah kata-kata yang menjelaskan suatu peristiwa
karena tanggapan si pembicara atas berlangsungnya peristiwa tersebut. Dalam hal
ini subjektivitas lebih ditonjolkan. Keterangan ini menunjukkan sikap
pembicara, bagaimana cara ia melihat persoalan tersebut. Pertanyaan sikap pembicara
atau tanggapan pembicara atas berlangsungnya peristiwa tersebut dapat berupa:
a. Kepastian
: memang, niscaya, pasti, sungguh, tentu, tidak,
bukanya, bukan.
b. Pengakuan
: ya, benar, betul, malahan, sebenarnya.
c. Kesangsian
: agaknya, barangkali, entah, mungkin, rasanya.
d. Keinginan
: moga-moga, mudah-mudahan.
e. Ajakan
: baik, mari, hendaknya,
kiranya.
f.
Larangan : jangan.
g. Keheranan
: masakan, mustahil, mana boleh.
5.
KATA KETERANGAN ASPEK
Keterangan
aspek menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa secara objektif, bahwa suatu
peristiwa terjadi dengan sendirinya tanpa suatu pengaruh atau pandangan dari
pembicara.
Keterangan
aspek dapat dibagi-bagi lagi atas bermacam-macam:
a. Aspek
inkoatif
: menunjukan suatu peristiwa pada proses permulaan
berlangsungnya : saya pun
berangkatlah.
b. Aspaek
duratif
: adalah keterangan aspek yang menunjukan bahwa suatu peristiwa tengah
berlangsung: sedang, sementara.
c. Aspek
perfektif : adalah keterangan aspek yang
menyatakan bahwa suatu peristiwa telah mencapai titik penyelesaiannya:
sudah, telah.
d. Aspek
momental : menyatakan suatu peristiwa terjadi pada
suatu saat yang pendek.
e. Aspek
repetitif
: menyatakan bahwa suatu perbuatan terjadi berulang-ulang.
f. Aspek
frekuentatif : menunjukan bahwa suatu peristiwa sering terjadi.
g. Aspek
habituatif : menyatakan bahwa perbuatan itu terjadi
karena suatu kebiasaan.
6.
KATA KETERANGAN DERAJAT
Adalah keterangan yang menjelaskan derajat
berlangsungnya suatu peristiwa atau jumlah dan banyaknya suatu tindakan
dikerjakan: amat hampir, kira-kira, sedikit, cukup, hanya, satu kali, dua
kali, dan seterusnya.
7.
KATA KETERANGAN ALAT
Adalah keterangan yang menjelaskan dengan alat
manakah suatu prose situ berlangsung. Keterangan semacam ini biasanya
dinyatakan oleh kata dengan + kata benda.
Contoh : ia memukul anjing itu dengan tongkat.
Anak itu menjolok buah dengan galah, dan sebagainya.
8.
KETERANGAN KESERTAAN
Adalah keterangan yang menyatakan pengikut-sertaan
seseorang dalan suatu perbuataan atau tindakan:
Saya pergi ke pasar
bersama ibu.
9.
KETERANGAN SYARAT
Adalah
keterangan yang menerangkan terjadinya suatu proses di bawah syarat-syarat
tertentu yang harus dipenuhinya: jikalau, seandainya, jika, dan
sebagainya.
10.
KETERANGAN PERLAWANAN
Adalah keterangan yang membantah sesuatu peristiwa
yang telah diperkatakan terlebih dahulu. Keterangan ini biasanya didahului oleh
kata-kata: meskipun, sungguhpun, biarpun, biar, meski, jika.
11.
KETERANGAN SEBAB
Adalah keterangan yang memberi keterangan mengapa
sesuatu peristiwa telah berlangsung. Kata-kata yang menunjukkan keterangan
sebab adalah: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab, oleh karena itu, oleh
karenanya, dan sebagainya.
12.
KETERANGAN AKIBAT
Adalah keterangan yang menjelaskan akibat yang terjadi
karena suatu peristiwa atau perbuatan. Akibat adalah hasil dari suatu
perbuatan yang tidak diharapkan atau yang tidak dengan sengaja dicapai, tetapi
terjadi dalam hubungan sebab-akibat. Keterangan ini biasanya didahului
oleh kata-kata : sehingga ,oeh karena itu, oleh sebab itu, dan lain
sebagainya.
13. KETERANGAN TUJUAN
Adalah keterangan yang menerangkan hasil atau
tujuan dari Sesuatu proses. Tujuan itu pada hakekatnya adalah suatu akibat,
tetapi akibat yang sengaja dicapai atau memeng dikehendaki demikian. Kata-kata
yang menyatakan keterangan tujuan adalah: supaya, agar, agar supaya, hendak,
untuk, guna, buat.
14. KETERANGAN PERBANDINGAN
Adalah
keterangan yang menjelaskan sesuatu perbuatan dengan mengadakan perbandingan
keadaan suatu proses denagn proses yang lain, suatu keadaan denagn keadaan yang
lain: kata-kata yang di pakai untuk menyatakan perbandingan itu adalah: sebagai,
seperti, seakan-akan, laksana, umpama, bagaimana.
15. KETERANGAN PERWATASAN
Adalah keterangan yang memberi penjelasan dalam
hal-hal mana saja suatu proses berlangsung, dan yang mana tidak: kecuali,
hanya.
F. Kata Bilangan atau Numeralia
Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah
benda atau jumlah kumpulan atau urutan tempat dari nama-nama benda.
Menurut sifatnya kata bilangan dapat dibagi atas:
1. Kata
bilangan utama (numeralia cardinalia):satu, dua, tiga, empat, seratus,
seribu,dan sebagainya.
2. Kata
bilangan tingkat (numeralia ordinalia):pertama, kedua, ketiga, kelima,
kesepuluh, keseratus, dan sebagainya.
3. Kata
bilangan tak tentu:beberapa, segala, semua, tiap-tiap dan sebagainya
4. Kata
bilangan kumpulan:kedua, kesepuluh, dan sebagainya.
Penggunaan kata bilangan adalah sebagai berikut:
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan
atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka arab atau angka romawi.
a. Angka digunakan
untuk menyatakan:
b.
Ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
c. Satuan waktu,
d. Nilai uang, dan
e. Kuantitas .
2. Angka lazim
dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar
pada alamat.
Misalnya:
Jalan tanah abang 1 No. 15 Hotel Indonesia, Kamar 169
3. Angka digunakan
juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X,Pasal 5, halaman 252, Surah Yasin:9
4. Penulisan lambang bilangan yang dengan
huruf dilakukan sebagai berikut.
Bilangan utuh : dua ratus dua puluh dua (222)
Bilangan pecahan: seperdelapan (
), dua per lima ( )
5. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang
berikut.
Misalnya:
Paku buwono X; dalam kehidupan pada abad ke-20 ini;
lihat bab //, Pasal 5; dalam bab ke-2 buku itu; di tingkat kedua gedung itu; di
tingkat ke-2 itu; kantor di tingkat //.
6. Penulisan lambang
bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut.
( lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, ayat 5).
7. Lambang bilangan yang
dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata dituis dengan huruf kecuali
jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam
perincian dan pemaparan.
Misalnya :
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
8. Lambang bilangan pada
awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susuna kalimat diubah sehingga
bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat
pada awal kalimat.
Misalnya :
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan :
15 orang tewas
dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo
9. Angka yang menunjukkan
bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagaian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya :
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250
juta rupiah.
Penduduk indonesia berjumlah lebih dari 120
juta orang
10. Bilangan tidak perlu
ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam dokumen
resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya :
Kantor kami mempunyai dua puluh orang
pegawai.
Bukan :
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang
pegawai.
11. Jika bilangan
dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisanya harys tepat.
Misalnya :
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp.999,75 (sembilan
ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah)
Kata bantu bilangan dalam menyebut berapa
jumlahnya suatu barang, dalam bahasa Indonesia tidak saja dipakai kata
bilangan, tetapi selalu dipakai suatu kata yang menerangkan sifat atau macam
barang itu. Kata-kata semacam itu disebut kata bantu bilangan.
G. Kata Sambung atau Conjunctio
Kata sambung adalah kata yang menghubungkan
kata-kata. Bagian-bagian kalimat atau menghubungkan kalimat-kalimat itu dapat
berlangsung dengan berbagai cara:
1.
Menyatakan gabungan: dan, lagi pula, serta.
2.
Menyatakan pertentangan: tetapi, akan tetapi, melainkan.
3.
Menyatakan waktu: apabila, ketika, bila, bilamana, demi, sambil, sebelum,
sedang, sejak, selama, semenjak, sementara, seraya, setelah, sesudah, tatkala,
waktu.
4. Menyatakan tujuan:
supaya, agar supaya dan lain-lain.
5.
Menyatakan sebab: sebab, karena, karena itu, sebab itu.
6. Menyatakan akibat: sehingga,
sampai.
7.
Menyatakan syarat: jika, andaikan, asal, asalkan, jikalau, sekiranya,
seandainya.
8. Menyatakan pilihan: atau……atau….., …… maupun, baik……baik……, entah…… entah……
9.
Menyatakan bandingan: seperti, bagai, bagaikan, seakan-akan.
10. Menyatakan
tingkat: semakin, …….semakin, kian…… kian……., bertanbah……bertambah ……..
11. Menyatakan perlawanan:
meskipun, biarpun, dan lain-lain.
12. Pengantar kalimat:
maka, adapun, akan. Dalam kesusastraan lama kita mengenal pula kata-kata pengatar
kalimat seperti: bahwasanya, sebermula, syahdan, hatta, arkiran, kalakian,
sekali peristiwa.
13. Menyatakan penjelas:
yakni, umpama, yaitu.
14. Sebagai penetap sesuatu: bahwa.
Segala macam kata sambung yang menghubungkan atau menerangkan kalimat secara
jelas, disebut menerangkan secara eksplisit. Tetapi di samping itu sifat
hubungan itu dapat berlangsung tanpa memakai satu kata sambung pun. Maknanya
harus ditafsir atau diturunkan berdasarkan hubungan kalimat. Keteranganya yang tidak
mempergunakan alat-alat bahasa ini bersifat implisit, misalnya:
Ia datang, saya
berangkat.
Dalam kalimat diatas secara implisit
terkandung keterangan waktu.
Keterangan waktu yang tersembunyi itu secara
eksplisit dapat dinyatakan sebagai berikut:
Ketika ia datang, saya
berangkat, atau
Ia datang, ketika saya
berangkat.
Suatu hubungan yang dinyatakan secara
implisit dapat ditafsirkan bermacam-macam; tergantung dari pandangan tiap
pendengar atau pembaca.
H. Kata Depan (Prepositio)
Kata depan
menurut definisi tradisional, adalah kata yang merangkaikan kata – kata atau
bagian kalimat.
Kata - kata
depan yang terpenting dalam bahasa Indonesia adalah :
1. DI, KE, DARI :
Ketiga macam kata depan ini dipergunakan untuk merangkaikan kat – kata yang
menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat:
Di Jakarta, di rumah,
ke rumah, dari sawah, dari sekolah, dan lain - lain.
2. Bagi kata –
kata yang menyatakan orang, nama orang atau nama binatang, nama waktu atau
kiasan dipergunkan kata pada untuk menggantikan di, atau kata –
kata depan lain digabungkan dengan pada misanya: daripada, kepada.
Pada suatu
hari
pada bapak
Pada hari
sabtu
pada senin
Pada
kami
kepada teman – teman
3. Selain dari
pada itu ada kata – kata depan yang lain, baik berupa gabungan maupun tunggal
seperti: di mana, di sini, di situ, akan,oleh, dalam, atas, demi, guna,
buat, berkat, terhadap, antara, tentang, hingga, dan lain – lain.
Di samping itu ada beberapa kata kerja yang dipakai pula sebagai kata depan,
yaitu : menurut, menghadap, mendapatkan, melalui, menuju,
menjelang, sampai.
Ada beberapa
kata depan, yang menduduki bermacam – macam fungsi yang istimewa. Oleh sebab
itu perlu kita perhatikan secara istimewa, antara lain:
a. AKAN : Kata
Depan akandapat menduduki beberapa fungsi:
- Pengantar
objek: ia tidak tau akan hal
itu.
Ku lupa akan semua kejadian itu.
- Untuk
menyatakan future: saya akan pergi ke Surabaya.
Kakek akan tiba hari ini.
- Untuk penguat atau penekan, dalam hal ini dapat
berfungsi sebagi penentu: akan hal itu perlu kita perundingkan kelak.
b. DENGAN : Kata Depan dengan
dapat menduduki beberapa macam fungsi, misalnya:
- Untuk menyatakan alat (instrumental):
Ia memukul anjing dengan tongkat.
Adik makan dengan sendok.
- Menyatakan hubungan kesertaan (komitatif):
Ia kepasar dengan ibunya.
- Membentuk adverbial kualitatif:
Perkara itu diselidiki dengan cermat.
- Dipakai untuk menyatakan keterangan komparatif:
Adik sama tinggi dengan Adi.
c. ATAS : arti dan
fungsinya:
- Membentuk keterangan tempat, dalam hal ini sama
artinya dengan di atas.
Kami menerima tanggung jawab itu di atas pundak
kami.
- Menghubungkan kata benda
atau kata kerja dengan keterangan:
Kami
mengucapkan terima kasih atas kerelaan saudara.
Kami
menyesal atas sekalian tindak tanduknya.
- Dipakai di depan beberapa
kata dengan arti : dengan atau demi. Misalnya:
Atas
nama atas
kehendak atas
perintah
Atas desakan
atas kematian dan sebagainya
d. ANTARA : arti dan fungsinya:
- Sebagai penunjuk arah :
Jarak antara jogja dan solo.
- Sebagai penunjuk tempat:
dalam hal ini sama artinya dengan di antara :
Antara murid – murid itu mana yang terpandai?
- Dapat pula berarti kira –
kira:
Antara lima jam lalu ia meninggalkan tempat ini.
I. Kata Sandang atau Articula
Kata sandang itu tidak mengandung suatu arti tetapi
mempunyai fungsi. Dalam bagian mengenai kata ganti penghubung sudah
dibicarkan pula tentang yang, yang pada mulanya hanya mengandung fungi
penentu.
Itulah
fungsi pertama dari kata – kata sandang.
Adapun
fungsi kata sangdang seluruhnya dapat disusun sebagai berikut:
- Menentukan kata benda
- Mensubstansifkan sutu kata :yang besar, yang jangkung, dan lain – lain.
Kata – kata sandang yang umum dalam bahasa Indonesia adalah: yang, itu, nya,
si, sang, hang, dang. Kata – kata sang, hang, dang banyak ditemui
dalam kesusastraan lama, sekarang kurang digunakan lagi, kecuali sang,
yang kadang – kadang digunakan untuk mengagungkan dan terkadang untuk
menyatakan ejekan atau ironi.
J. Kata Seru
atau Interjectio
Kata seru dianggap sebagai kata paling tua dalam kehidupan bahasa. Umat manusia
tidak sekaligus mengenal sistim bahasa sebagai yang kita kenal sekarang. Dari
aal mula perkembangan umat manusia sedikit demi sedikit diciptakan sistim –
sistim bunyi untuk komunikasi antar anggota masyarakat. Dan bentuk yang paling
tua diciptakan untuk mengadakan hubungan atau komunikasi itu adalah kata seru.
Oleh semua tatabahasa tradisional, kata seru diklasifikasikan sebagai suatu
jenis kata. Bila melihat wujud dan fungsinya, maka tidak dapat diterima
ketetapan itu, walaupun harus diakui dengan melihat saja bentuknya kita dapat
tertipu karenanya. Interjeksi sekaligus mengungkapkan semua perasaan dan maksud
seseorang. Berarti interjeksi itu sudah termasuk dalam bidang sintaksis. Atau
dengan kata lain apa yang dinamakan kata seru itu, bukanlah kata tetapi semacam
kalimat.
Bermacam – macam
interjeksi yang dikenal hingga sekarang adalah:
a. Interjeksi asli:
yah, wah, ah, hai,o, oh, cis, cih, nah, he dll.
b. Interjeksi yang berasal dari kata – kata biasa :
yang dimaksud dengan interjeksi ini adalah kata – kata benda atau kata –
kata lain yang digunakan atau biasa digunakan kata seru: celaka, masa, kasihan,
bangsat dan lain – lain.
c. Interjeksi yang berasal dari ungkapan – ungkapan,
baik dari ungkapan Indonesia asli maupun dari ungkapan asing, misalnya: ya
ampun, demi Allah, Insya Allah, Alhamdulillahi robbilalaminn, astagfirullah.
K. Kata Tugas
Kata yang
oleh Tatabahasa Tradisional disebut kata depan dan kata sambung
(atau kata penghubung) dimasukkan dalam kata tugas.
1. Bentuk
Dari segi
bentuk umumnya kata-kata tugas sukar sekali mengalami perubahan bentuk.
Kata-kata seperti dengan, telah, dan, tetapi, dan sebagainya tidak bias
mengalami perubahan. Tetapi di samping itu ada segolongan kata yang jumlahnya
sangat terbatas, walaupun termasuk kata tugas, dapat mengalami perubahan
bentuk, misalnya tidak, susah, dapat berubah menjadi menidakkan,
menyudahkan.
2. Kelompok kata
Dari segi
kelompok kata, kata-kata tugas hanya memiliki tugas untuk memperluas atau
mengadakan transformasi kalimat. Kata-kata tugas tidak bias menduduki fungsi-fungsi
pokok dalam sebuah kalimat, seperti subyek, predikat, obyek.
Jadi melihat
uraian di atas kita dapat membagi kata-kata tugas atas dua macam:
a. Kata-kata tugas
yang monovalen (yang bernilai satu) yaitu semata-mata bertugas untuk memperluas
kalimat,misalnya dan, tetapi, sesudah, di, ke, dari, dan sebagainya.
b. Kata-kata tugas yang
ambivalen (bernilai dua) yaitu di samping berfungsi sebagai kata tugas yang
moovalen, dapat juga bertindak sebai jenis kata lain, baik dalam membentuk
suatu kalimat minim maupun dalam merubah bentuknya, misalnya sudah, tidak,
dan lain-lain.
Jadi, fungsi
kata tugas adalah merubah kalimat yang minim menjadi kalimat transformasi.
3. Partikel kah, tah,
lah, pun
Bentuk-bentuk
kah, tah, lah, pun oleh hamper semua Tatabahasa Indonesia dimasukkan
dalam kategori akhiran. Kekeliruan itu terjadi karena pengaruh masalah ejaan,
yang oleh ejaan Suwandi dirangkaiakan dengan kata sebelumnya. Keempat bentuk
itu seharusnya adalah partikel penentu atau pengeras. Partike adalah semacam
kata tugas yang mempunyai bentuk khusus yaitu sangat ringkas atau kecil, dengan
mempunyai fungsi-fungsi tertentu.
Perbedaan
antara partikel dan sufiks (juga semua afiks) dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Partikel tidak
memindahkan jenis kata (kelas kata) dari kata-kata yang diikutinya; sebaliknya
sufiks (juga semua afiks) memindahkan kelas kata dari kata yang diikutinya.
Misalnya:
Pergilah!
(pergi
tetap kata kerja)
Ayahlah yang
berhak! (ayah tetap kata benda)
b. Kata-kata yang
diikuti oleh sebuah partikel bias bermacam-macam jenis katanya, dan tetap
mempertahankan jenis katanya; sebaliknya sufiks (juga semua afiks)
mengelompokkan bermacam-macam jenis kata itu menjadi satu jenis kata yang sama.
Siapakah
dia?
(tetap kata ganti tanya)
Di manakah
barang
itu?
(tetap kata tanya)
Besarkan api
itu!
(kata kerja dan kata sifat)
Lemparkan
tombak
itu!
(kata kerja dan kata kerja)
c. Bidang gerak
partikel adalah sintaksis (termasuk frasa dan klausa); sebaliknya sufiks (juga
semua afiks) bergerak dalam bidang morfologi.
Fungsi dan
makna partikel-partikel tersebut di atas dapat diperinci sehingga sebagai berikut:
a. Partikel kah
Fungsi
partikel kah:
1) Memberi tekanan dalam
pertanyaan; kata yang dihubugkan dengan kah itu dipentingkan.
Contoh:
Sawah atau ladangkah yang digarapnya?
Bermalas-malas
atau berjalankah dia?
2) Dapat dipakai pula
untuk menyatakan hal yang tak tentu; sebenarnya hal itu merupakan pertanyaan
juga, tetapi pertanyaan yang tidak langsung.
Contoh:
Datangkah atau tidakkah, kami tidak tahu.
Terserahlah
padamu; tinggalkah atau berangkat kami tidak ingin mempengaruhi saudara.
b. Partikel tah
Fungsi
partikel tah ini sama dengan kah, tetapi lebih terbatas
pemakaiannya hanya pada kata tanya saja: apatah, manatah, siapatah.
Bentuk-betuk ini lebih sering dijumpai dalam Melayu Lama. Dewasa ini kurang
dipakai. Makna pertanyaan dengan mempergunakan partikel tah adalah meragukan
atau kurang tentu.
c. Partikel lah
Fungsi
partikel lah adalah
1) Mengeraskan gatra
perbuatan, baik dalam kalimat berita, kalimat perintah, maupun dalam permintaan
atau harapan, misalnya:
Bacalah dengan
nyaring!
Datanglah ke
sini pukul lima!
Mudah-mudahan
terhindarlah mereka dari bencana itu!
2) Mengeraskan suatu
gatra keterangan, misalnya:
Tiadalah aku
mau diperlakukan seperti itu.
Apa pun yang
akan terjadi, pastilah aku akan datang ke sana.
3) Menekankan gatra
pangkal; dalam hal ini biasanya ditambah dengan partikel yang, misalnya:
Kamulah yang
harus bertanggungjawab.
Engkaulah
yang harus menjadi tulang punggung keluarga.
d. Partikel pun
Fungsi dan
arti partikel pun:
1) Mengeraskan atau
member tekanan pada kata yang bersangkutan; dalam hal ini dapat diartikan
dengan juga:
Dia pun
mengetahui persoalan itu.
Kapal-kapal
yang besar pun dapat berlayar di sungai itu.
2) Dalam penguatan atau
pengerasan dapat terkandung arti atau pengertian perlawanan:
Mengorbankan
nyawa sekalipun aku rela.
Betapa pun
ia berjuang mempertahankan hidupnya sia-sia belaka.
3) Gabungan antara pun
+ lah dapat mengandung aspek inkoatif:
Mereka pun
berjalanlah.
Hujan pun
turunlah dengan lebatnya.
Ia pun
duduklah di bawah pohon yang rindang itu.
L.
Kata Berimbuhan
Dalam bahasa
Indonesia imbuhan merupakan unsur yang penting karena imbuhan dapat
mengakibatkan perubahan jenis kata, bentuk kata, dan makna kata.
Di bawah ini
terdapat beberapa penjelasan tentang imbuhan.
1. Jenis afiks menurut
tempatnya :
a. Awalan/perfiks
: meng, ber, ter, ke, peng, per, dan seterusnya
b. Akhiran / sufiks : -an,
-kan, -i
c. Sisipan/infiks
: -el, -em, -r
d. Konfiks : ke-an,
per-an, peng-an, dan seterusnya
2. Jenis afiks menurut
penggunaannya :
a. Afiks produktif
: afiks yang memliki frekuensi pemakaian yang tinggi.
Contoh : se-, meng-, ber-, peng-, per-, dan seterusnya
b. Afiks ak produktif :
afiks yang frekuensi pemakaiannya tidak tinggi
Contoh : -em, -el, -er, -wati, -is, -nda, dan seterusnya
3. Afiks asing / afiks
serapan :
a. Akhiran daari
bahasa sansekerta : -wan, -wati, -man
b. Akhiran dari bahasa
arab : -i, -wi, -in, -at, -ah
c. Akhiran dari
bahasa barat : -isme, -tas, -ika,-logi, -is(asi), dsb(kata benda), -al,
-or, -if, -is, -dsb (kata sifat)
4. Makna imbuhan :
Makna proses
pengimbuhan /afiksasi snantiasa berhubungan dengan fungsi sematik dari suatu
bentuk kompleks. Hal ini bias ita lihat pada contoh-contoh makna afiksasi
paa beberapa imbuhan berikut ini :
a. Meng-
Mempunyai
variasi makna sebagai berikut :
1) Membuat : menggambar,
menyambal
2) Mmenuju ke : melaut,
menepi
3) Memberi : menomori,
menandai
4) Mengeluarkan
:membuih, menyanyi
5) Berlaku seperti :
merajalela, membabi buta
b. Ber-
Mempunyai
variasi makna gramatikal :
1) Dalam keadaan(statif)
: berbahagia, bersedih
2) Kumpulan : bertiga,
berempat
3) Mempergunakan :
berbaju, bersepeda
4) Menjadi : bertamu,
berpisah
c. Ter-
Mempunyai
variasi makna gramatikal :
1) Superlative ( paling
) : tercantik, tertinngi
2) Tdak
sengaja
: tertidur, tertunduk
3) Dapat di-
: tercium, tercapai
4) Hasil
tindakan
: tersebar, terpecah
5) Peng-
d. Mempunyai
variasi makna gramatikal :
1) Orang yang
di-
: petatar, pesuruh
2) Orang yang
bersifat : pemarah, pemalas
3)
Alat
: pemukul, penggaris
4) Pelaku
tindakan :
pencopet, penjual
Keterangan
: makna gramatikal dari imbuhan yang lain dapat
dicari/diterka dari konteks kalimatnya.prinsipnya makna gramatikal muncul
karena adanya kaitan kata
5. Fungsi afiks :
a. Prefiks meng-,
dan ber-, berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif transitif dan
intransitif.
b. Prefiks ter- dan di-
berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif dan pembentuk kata sifat.
c. Prefiks ke-,
berfungsi sebagai pembantuk kata bilangan tingkat dan pembentuk kata bilangan
kumpulan.
d. Konfiks ke-an,
berfungsi sebagai pembentuk kata benda, pembentuk kata sifat, dan
pembentuk kata kerja pasif.
M.
Kata Ulang
Kata ulang
yaitu kata dasar yang diulang. Dalam hal ini yang diulang bukan morfem
melainkan kata.kita bisa melihat contoh berikut : sepeda-sepeda ,
berasal dari satu kata sepeda. Sebaliknya, kata kupu-kupu bukanlah kata ulang
karena dalam bahasa Indonesia tiak dikenal kupu. Oleh karena itu, bentuk
tersebut bukan merupakan kata ulang.
1. Prinsip pengulangan
a. Selalu
mempunyai dasar yang diulang
b. Proses pengulangan
tidak mengubah jenis(kelas) kata
c. Bentuk dasarnya
adalah kata yang lazim (umum) dipakai dalam tindak berbahasa
2. Macam-macam kata
ulang
a. Kata ulang utuh
/ penuh
Contoh :
rumah-rumah, berasal dari kata dasar rumah
b. Kata ulang berimbuhan
Contoh :
diinjak-injak, berasal dari kata dasar injak
c. Kata ulang
sebagian/parsial berimbuhan
Contoh :
Berpandang-pandangan, berasal dai kata dasar pandang
d. Kata ulang dwi purwo
Contoh :
sesama,berasal dari kata dasar sama
e. Kata ulang
berubah bunyi
Contoh :
sayur-mayur, berasal dari kata dasar sayur
3. Fungsi kata ulang
Pada
prinsipnya pengulangan tidak mengubah jenis kata. Artinya bila kaa dasarnya
kata benda akan tetap menjadi kata benda pada kata ulangnya, demikian pula
untuk jenis kata lainnya. Akan ttapi, ada sebagian pengulangan yang mengubah
jenis kata khususnya yang diubah menjadi kata tugas, seperti kata bukan-bukan,
sama-sama, serta-merta, dan sebagainya.
4. Arti kata ulang
a. Banyak tak
tentu
Contoh:
lembu-lembu
Lembu-lembuitu
berebut makanan
b. Bermacam-macam
Contoh :
sayur-sayuran
Sebaiknya
kita mulai menanam sayur-sayuran
c. Menyerupai
Contoh:
kuda-kudaan
Anak-anak TK
itu senang bemain kuda-kudaan
d. Melemahkan
Contoh :
kekanak-kanakan
Walau sudah
20 tahun sifatny masih kekanak-kanakan
e. Menyatakan
intensitas
Ada tiga
bagian yaitu:
1) Kualitatif :
kuat-kuat
2) Kuantitatif :
rumah-rumah
3) Frekuentatif :
menggeleng-gelengkan
f. Menyatakan
saling (resiprokal)
Contoh :
salam-salaman
Mereka
salam-salaman saat lebaran
g. Menyatakan arti
seperti pada bentuk dasarnya
Contoh :
masak-masakan
Ibu membuka
kursus masak-masakan
h. Menyatakan perbuatan
yang seenaknya
Contoh :
duduk-duduk
Kami
duduk-duduk di serambi depan
i.
Menyatakan arti paling (superlative)
Contoh :
sebesar-besarnya
Buatlah roti
bolu sebesar-besarnya agar bias dicatat alam buku MURI.
j.
Menyatakan kumpulan
Contoh :
dua-dua
Sikakan anda
membungkus roti itu dua-dua
k. Menyatakan walaupun
Contoh :
hujan-hujan
Hujan-hujan,
ia tetap dating.
l.
Menyatakan selalu
Contoh :
mereka-mereka
Mereka-mereka
yang datang terlambat
N. Kata majemuk
Kata majemuk
adalah kata yang terbentuk dari dua kata yang berhubungan secara padu dan hasil
penggabungan itu menimbulkan makna baru.
1. Ciri-ciri
Kata majemuk
memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
a. Gabungan
kata itu menimbulkn makna baru
b. Gabungan
kata itu tidk dapat dipisahkan
c. Gabungan kata
itu tidak dapat disisipi unsur lain
d. Tidak dapat diganti
salah satu unsurnya
e. Tidak dapat
dipertukarkan etak unsur-unsurnya
2. Sifat
a. Kata majemuk
eksosentris
Yaitu kata
majemuk yang antar unsurnya tidak saling menerangkan
Contoh :
laki bini, tua muda, tikar bantal, dan sebagainya
b. Kata majemuk
endosentris
Yaitu kata
majemuk yang salah satu unsunya menjadi inti sedang unsur lain
menerangkannya.
Contoh : rumah
sakit, panjang tangan, dan sebagainya