Tuesday, August 20, 2019

Harapan Ibu Kota Baru

Harapan Ibu Kota Baru

      Jakarta, Ibu Kota Negara Indonesia saat ini berdasarkan hasil riset greenpeace dan ig visual tahun 2018 terpilih sebagai ibu kota paling berpolusi di dunia, hal ini sejalan dengan data yang didapat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bahwa indeks pencemaran udara Jakarta 75-124 level sedang-tidak sehat dan akan semakin buruk keadaannya saat malam hari, menurut inrix 2017 – traffic sorecard, Jakarta terpilih sebagai kota dengan kemancetan nomor 12 di dunia. Hal ini terjadi karena pulau Jawa menjadi pusat pemerintahan dan pusat ekonomi bisnis. Pulau Jawa sudah terlalu padat, 58 % penduduk Indonesia berada di pulau Jawa, sekitar 7500 ton sampah dihasilkan Jakarta dalam sehari dan mayoritas sampah tersebut berasal dari limbah rumah tangga, banyaknya sampah yang dihasilkan menyebabkan 96 % air sungai di Jakarta tercemar berat, sanitasi memburuk dan Jakarta mengalami krisis air bersih. 
      Banyaknya permasalahan yang ada menjadi alasan utama adanya pemisahan antara pusat pemerintahan dan pusat ekonomi bisnis, pemerintah menyadari perlunya pemindahan ibu kota negara dan dibuktikan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) edisi revisi bulan Juni 2019, proyek pemindahan ibu kota negara menjadi prioritas nasional nomor 2 yaitu pengembangan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan. Syarat daerah yang layak dijadikan ibu kota negara yang baru adalah lahan luas yang mampu menampung 1,5 juta penduduk, dekat dengan kota berkembang, resiko bencana rendah, ketersediaan air tanah, potensi konflik sosial rendah, budaya terbuka terhadap pendatang.    
      Berdasarkan syarat tersebut daerah yang memenuhi syarat tersebut adalah pulau Kalimantan. Pulau Kalimantan satu-satunya pulau besar di Indonesia yang aman dari jalur ring of fire yang berarti tingkat risiko terjadinya bencana alam terutama gempa bumi rendah. Pulau Kalimantan berada tepat di tengah (Indonesia Sentris) seimbang terhadap seluruh wilayah Indonesia, sudah menjadi kota berkembang, memiliki lahan luas yang cukup untuk pembangunan dan pertanian serta warga suku asli Kalimantan yang terkenal terbuka terhadap pendatang.
      Pro kontra terhadap pemindahan ibu kota negara terus muncul, namun yang jelas semakin lama dibiarkan populasi di pulau Jawa khususnya Jakarta akan meningkat, pembangunan terus dilakukan, menyebabkan Jakarta berpotensi untuk tenggelam di masa depan. Brasil pada tahun 1960 memindahkan ibu kota negara dari Rio De Jainero ke Brasilia, pemerintah Brasil membuka lahan-lahan kosong yang berada di tengah negara Brasil yaitu daerah Brasilia, sementara Rio De Jainero tetap tumbuh, tidak ada kerugian ekonomi yang dialami, sedangkan Brasilia mengalami dampak positif yang signifikan, tidak hanya Brasil sebelumnya sudah banyak negara yang memindahkan ibu kota negara seperti Amerika Serikat memindahkan ibu kota negara New York City ke Washington DC, Australia dari Melbourne ke Canberra dan lain-lain. 
      Belajar dari pengalaman negara lain yang telah memindahkan ibu kota negara, pemindahan ibu kota negara terbukti memberi banyak manfaat, untuk pulau Kalimantan akan adanya pemanfaatan sumber daya potensial yang selama ini belum dimanfaatkan dan untuk 50 % daerah akan merasakan peningkatan arus perdagangan karena Kalimantan berada ditengah wilayah Indonesia. Jadi penduduk pulau Jawa tak perlu khawatir, karena yang dipindah adalah pusat pemerintahannya, sedangkan pusat ekonomi dan bisnis tetap berada di pulau Jawa.
      Banyaknya permasalahan di ibu kota Jakarta dapat dijadikan pembelajaran agar permasalahan tersebut tidak terulang kembali di ibu kota yang baru, harapannya di ibu kota baru nanti pemerintah memanfaatkan sumber daya potensial sebaik mungkin, membangun infrastruktur baru dan melakukan perbaikan terhadap infrastruktur yang ada tanpa melupakan unsur tata ruang yang baik, pastikan terdapat ruang terbuka hijau untuk menjaga ekosistem yang ada. Selektif terhadap urbanisasi sehingga tidak lagi mengalami penumpukan penduduk seperti di pulau Jawa. Mempermudah dan menjaga konektivitas antar provinsi terutama untuk mengakses provinsi dengan ibu kota baru. Masyarakat asli Kalimantan terbiasa hidup dekat dengan alam sehingga diperlukan peningkatan pengetahuan kesehatan terhadap masyarakat asli Kalimantan agar keinginan untuk mendatangi fasilitas kesehatan yang disediakan pemerintah meningkat, diharapkan fasilitas yang tersedia mudah diakses masyarakat dan sesuai antara jumlah dan kebutuhan. Tidak lupa terus mensosialisasikan gerakan masyarakat sehat (GERMAS), agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.
     Pemerataan listrik dan jaringan komunikasi ke seluruh daerah. Mengelola lahan gambut dengan maksimal agar dapat dimanfaatkan menjadi lahan produktif  sehingga bencana kebakaran hutan dan kabut asap dapat berkurang. Memberikan kesempatan yang sama pada masyarakat asli Kalimantan dengan warga pendatang dalam memperoleh pendidikan dan pekerjaan. Budaya asli Kalimantan jangan sampai tergeser oleh budaya pendatang, bukan berarti tidak terbuka namun jangan sampai keaslian Kalimantan tergantikan dan terlupakan. Suksesnya pengelolaan pemindahan ibu kota negara yang baru bukan sepenuhnya tugas pemerintah, namun harus ada dukungan dari warga khususnya warga yang berada di daerah ibu kota negara baru. Ibu kota merupakan citra suatu bangsa, merupakan hal yang pertama kali dilihat dan dinilai. Jadi tanpa dukungan seluruh pihak, pemindahan ibu kota negara tidak akan berhasil. Ayo ! bersama dukung kesuksesan pemindahan ibu kota negara baru. Ibu kota baru, harapan baru. SDM unggul, Indonesia maju.

      Artikel Harapan Ibu Kota Baru merupakan karya Regina Salsa Gandi. Artikel ini diikut sertakan dalam lomba menulis artikel harapanmu untuk ibu kota baru yang diselenggarakan oleh Bappenas.
#Bappenas #IbuKotaBaru

0 comments:

Post a Comment