Friday, May 24, 2013

UPACARA KEMATIAN ADAT SASAK


BUDAYA SASAK (UPACARA KEMATIAN)
Dalam siklus kehidupan manusia, peristiwa kematian merupakan akhir kehidupan seseorang di dunia. Masyarakat meyakini kehidupan lain setelah kematian. Di beberapa kelompok masyarakat dilakukan persiapan bagi si mati. Salah  satu peristiwa  yang harus  dilakukan adalah penguburan. Penguburan meliputi perawatan mayat termasuk membersihkan, merapikan, atau mengawetkan mayat:
Upacara adat kematian yang dilaksanakan sebelum acara penguburan meliputi beberapa tahapan yaitu:
1.      Belangar
Masyarakat Sasak Lombok pada umumnya menganut agama Islam sehingga setiap ada yang  meninggal ada beberapa proses yang dilalui. Pertama  kali  yang dilakukan  adalah  memukul   beduk  dengan  irama pukulan yang panjang. Hal ini sebagai pemberitahuan kepada masyarakat bahwa   ada  salah  seorang  warga  yang meninggal.  Setelah  itu  maka masyarakat berdatangan baik dari desa tersebut atau desa-desa yang lain yang masih dinyatakan ada hubungan famili, kerabat persahabatan dan handai taulan. Kedatangan masyarakat ke tempat acara kematian tersebut disebut langar (Melayat). Tradisi belangar bertujuan untuk menghibur teman, sahabat yang di tinggalkan  mati oleh keluarganya, Mereka biasanya membawa beras seadanya guna membantu meringankan beban yang terkena musibah.
2.      Memandikan                                                                                                           Dalam pelaksanaannya, apabila yang meninggal laki-laki maka yang memandikannya adalah laki-laki, demikian sebaliknya apabila yang meninggal perempuan maka yang memandikannya adalah perempuan. Perlakuan pada orang yang meninggal tidak dibedakan meskipun dari segi usia yang meninggal itu baru berumur sehari. Adapun yang memandikan itu biasanya tokoh agama setempat. Adapun macam air yang digunakan adalah air sumur. Setelah di  mandikan, mayat dibungkuskan pada acara ini, biasanya si mayit di taburi keratan kayu cendana atau cecame.
3.      Betukaq(Penguburan)                                                                                                                                    Adapun upacara-upacara yang dilaksanakan sebelum penguburan meliputi beberapa persiapan yaitu:
a)      Setelah seseorang dinyatakan meninggal maka orang tersebut dihadapkan ke kiblat. Di ruang tempat orang yang meninggal dibakar kemenyan dan dipasangi langit-langit (bebaoq) dengan menggunakan kain putih (selempuri) dan kain tersebut baru boleh dibuka  setelah hari kesembilan meninggalnya orang tersebut. Selesai dibungkus si mayat disalatkan di rumah oleh  keluarganya sebagai salat pelepasan, lalu dibawa ke masjid atau musala.
b)      Pada hari tersebut (jelo mate) diadakan unjuran sebagai penyusuran bumi (penghormatan bagi yang meninggal dan akan dimasukkan ke dalam  kubur),  untuk itu  perlu   penyembelihan   hewan  sebagai tumbal.
4.       Nelung dan Mituq
Upacara ini dilakukan keluarga untuk doa keselamatan arwah yang meninggal dengan harapan dapat diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa, selain itu keluarga yang ditinggalkan tabah menerima kenyataan dan cobaan. Selanjutnya diikuti dengan upacara nyiwaq dan begawe dengan persiapan sebagai berikut:
a)      Mengumpulkan kayu bakar.
Kayu biasanya dipersiapkan pada hari nelung (hari ketiga)  dan  mitu (hari ketujuh) dengan cara perebaq kayu (menebang pohon).
b)      Pembuatan tetaring.
Pembuatan tetaring terbuat dari daun kelapa yang dianyam dan digunakan sebagai tempat para tamu undangan (temue) duduk bersila.
c)      Penyerahan bahan-bahan begawe.
Peyerahan dari epen gawe (yang punya gawe) kepada inaq gawe. Penyerahannya ini dilakukan pada hari mituq. Kemudian inaq gawe menyerahkan alat-alat upacara.
d)     Dulang Inggas Dingari
Disajikan kepada Penghulu atau Kyai yang menyatakan orang tersebut meninggal dunia. Dulang inggas dingari ini harus disajikan tengah malam kesembilan hari  meninggal dengan maksud bahwa pemberitahuan bahwa besok hari  diadakan upacara sembilan hari.
e)      Dulang penamat
Adapun maksudnya simbol hak milik dari orang yang meninggal semasa hidupnya harus diserahkan secara sukarela kepada orang yang berhak mendapatkannya.   kemudian  semua keluarga dan undangan dipimpin oleh Kyai melakukan do’a selamatan untuk arwah yang meninggal agar diterima Tuhan Yang Maha Esa, dan keluarga yang ditinggalkan mengikhlaskan kepergiannya.
f)       Dulang talet Mesan (Penempatan Batu Nisan)
Dimaksudkan sebagai dulang yang diisi dengan nasi putih, lauk berupa burung merpati dan beberapa jenis jajan untuk dipergunakan sebelum nisan dipasang oleh Kyai yang memimpin do’a yang kemudian dulang ini dibagikan kepada  orang yang ikut serta pada saat itu. Setelah berakhirnya upacara ini selesailah upacara nyiwak.
Adapun rangkaian  upacara  kematian  pada  masyarakat  Sasak  yaitu:
a)      Hari pertama disebut nepong  tanaq atau nuyusur tanaq. Pemberian informasi kepada warga desa bahwa ada yang meninggal.
b)      Hari kedua tidak ada yang bersifat ritual.
c)      Hari ketiga disebut nelung yaitu penyiapan aiq wangi dan dimasukkan kepeng bolong untuk didoakan.
d)     Hari keempat menyiram aiq wangi ke kuburan.
e)      Hari kelima melaksanakan bukang daiq artinya mulai membaca AQur’an.
f)       Hari keenam melanjutkan membaca Al-Qur’an.
g)      Hari ketujuh disebut Mituq dirangkai dengan pembacaan Al-Qur’an.
h)      Hari kedelapan tidak ada acara ritual yang dilaksanakan, dan
i)        Hari kesembilan yang sebut Nyiwaq atau Nyenge dengan acara akhir perebahan jangkih.

0 comments:

Post a Comment